Senin, 07 Maret 2011

Induksi Ovulasi Katak


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Makhluk hidup mulai dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiselular memiliki kemampuan untuk mempertahankan jenisnya. Hal itu dimaksudkan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan spesiesnya di muka bumi. Proses mempertahankan jenis itu dapat dikategorikan ke dalam proses reproduksi atau perkembangbiakan. Tiap jenis hewan memiliki cara reproduksi yang berbeda satu sama lain. Pada hewan avertebrata proses reproduksi masih sederhana, sedangkan pada hewan vertebrata prosesnya kompleks dan melibatkan banyak organ reproduksi. Proses reproduksi didukung oleh sejumlah hormon reproduksi.
         Tubuh mensekresikan dan mengalirkan sekitar 50 hormon. Banyak varasi kimiawi ini diproduksi sel endokrin, sebagian besar dalam kelenjar. hormon lalu masuk sistem darah, mengalir ke seluruh tubuh dan mengaktifkan sel-sel target. sistem endokrin terdiri dari sembilan kelenjar khusus yaitu kelenjar Thiroid, empat kelenjar Parathyroid, dua kelenjar Adrenal, kelenjar Thymus, dan kelenjar Pituitary, yang mana merupakan fokus pada praktikum ini.
         Praktikum Perkembangan Hewan kali ini ialah induksi ovulasi pada katak. Dalam praktikum ini, praktikan dapat mengamati proses menginduksi ovulasi katak dengan menggunakan hormon tertentu. Pengetahuan tentang hormon-hormon reproduksi merupakan pengetahuan dasar yang tentunya akan sangat membantu praktikan itu sendiri untuk masa-masa yang akan datang. Praktikum ini memberikan kesempatan kepada praktikan untuk dapat mengamati secara langsung pengaruh hormon reproduksi.

B. Tujuan Praktikum
         Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk memperoleh telur dan proses pembuahan pada saat yang diinginkan dengan jumlah yang banyak.

C. Manfaat Praktikum
     1. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh hormon dalam proses reproduksi .
     2. Mahasiswa mampu menerapkan pemanfaatan hormon untuk memperoleh telur pada saat yang diinginkan dalam jumlah yang banyak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Ovulasi adalah suatu proses terlepasnya ovum dari ovarium sebagai akibat pecahnya folikel yang telah masak. Mekanisme terjadinya ovulasi dipengaruhi oleh hormonal, neural, dan periodisitas cahaya. Ovulasi pada katak terjadi setelah oosit melepaskan polar bodi pertama, dinding teka externa dan sel folikel pecah. Folikel mengalami pertumbuhan karena pengaruh hormon FSH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior, maka sel-sel folikel mampu menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini dalam jumlah yang kecil memberi dorongan ke kelenjar hipofisis anterior untuk menghasilkan hormon LH. Hormon LH ini memegang peranan penting dalam menggertak terjadinya ovulasi (Tim Pengajar, 2010).
            Ovulasi adalah proses terlepasnya sel ovum dari ovarium sebagai akibat pecahnya folikel yang telah masak. Waktu yang dibutuhkan oleh seluruh proses ovulasi tergantung pada lokasi telur dalam folikel. Waktu ovulasi akan singkat apabila sel telur berada disekitar folikel dan akan lama bila sel telur berada di dekat stigma yang menonjol di permukaan ovarium (Anonim, 2010).
            Tahap awal perkembangan folikel tampaknya berlangsung tanpa melibatkan hormon seks. Tahap perkembangan folikel selanjutnya adalah pembentukan rongga yang disebut antrum di dalam lapisan sel-sel granulose. Rongga tersebut berisi cairan yang disebut caira folikel. Folikel sekarang disebut folkel sekunder tetapi oosit primer dengan kromosom pada stadium diploten. Pada stadium ini, perkembangan folikel sangat tergantung pada hormon-hormon gonadotrophin yang dihasilkan oleh kelenjar Pituitary, khususnya FSH yang merangsang sel-sel folikel untuk menghasilkan estrogen (Adnan, 2010).
            Hipofisa atau kelenjar Pituitary adalah sebuah kelenjar endokrin yang menghasilkan sejumlah hormon dengan fungsi dalam mengatur metabolisme, pertumbuhan, dan reproduksi. Ahli endokrinologi menyebut hipofisis sebagai master gland atau pusat endokrin karena dapat mengatur ritme atau irama dari aktivitas kelenjar endokrin lainnya (Adnan, 2009).
            Karena mengontrol aktivitas beberapa kelenjar lain, kelenjar Pituitary sering disebut sebagai kelenjar utama dalam sistem endokrin. Walaupun demikian, ia dikontrol oleh hipotalamus, pusat saraf yang terlibat regulasi banyak fungsi vital. Bersama-sama, Hypothalamus dan Pituitary memproduksi sepertiga hormone di tubuh dan mempengaruhi kegiatan, dari menyusui, menahan urin, sampai pigmentasi kulit dan pertumbuhan tulang. Kelenjar Pituitary dengan massa yang kecil, diameter 1,3 cm, kelenjar ini terletak di celah tulang sphinoidal, sella turcica. Terdiri dari dua struktur yang berbeda: neurohipotise, dengan axon neuron hypothalamus yang mensekresi hormone dan adenohipotise yang hanya mengandung sel endokrin (Wibowo, 2006).
            Kelenjar hipofisis terletak di dasar tengkorak, di dalam fossa hipofisis tulang sphenoid. Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu anterior dan posterior, dan bagian antara kedua lobus ialah pars intermedia. Untuk memudahkan mempelajari fungsinya, maka dipandang dua bagian yaitu lobus anterior  yang menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produk sekresi dari semua organ endokrin lainnya dan lobus posterior mengeluarkan sekret dua jenis hormon yaitu hormon anti diuretik yang mengatur jumlah air melalui ginjal dan hormon oxitosik yang merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan pengeluaran air susu sewaktu menyusui (Pearce, 2004).
           
BAB III
METODE PRATIKUM

A. Waktu dan Tempat
     Hari/ Tanggal                     : Selasa/ 28 Desember 2010
     Waktu                                : Pukul 09.10 s.d. 10.50 WITA
     Tempat                               : Laboratorium Biologi Lantai II sebelah Timur
                                                  Jurusan Biologi FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
     1. Alat
         a. Papan bedah
         b. Alat seksi
         c. Botol pembius
         d. Kapas
         e. Cawan petri
         f. Lumpang dan alu
         g. Spoit
    
2. Bahan
          a. Rana cancarivora jantan
          b. Rana cancarivora betina
          c. Kloroform
          d. Larutan NaCl fisiologis 0,9 %
          e. Aquadest

C. Prosedur Kerja
     a. Mengangkat kelenjar Pituitary
         1. Memasukkan gunting di sudut rahang katak jantan, dan memotong belakang kepala  secara posteromedial. Kemudian melewati kepala hingga daerah oksipital dan akhirnya ke rahang yang lain sehingga mengangkat kepala.
          2. Membalik tenggorokan dan mencari bentangan yang luas yang dibentuk oleh tulang-tulang di dasar cranium. Kelenjar Pituitary terletak tepat di belakang optic kiasma.
          3. Memasukkan gunting ke dalam rongga otak dan memotong ke arah anterior melalui dasar cranium. Dengan menggunakan pinset kecil, membalik dasar cranium dan mencari kelenjar pituitary yang berwarna oranye atau putih susu dan berbentuk seperti ginjal.
          4. Menempatkan kelenjar Pituitary dalam cawan petri dan dibersihkan dengan NaCl fisiologis.
          5. Lalu menggerus di lumpang dengan tambahan sedikit aquadest hingga menjadi bentuk yang halus. Hasil gerusan dimasukkan ke dalam spoit.

      b. Penyuntikan
          1. Memegang katak betina pada kakinya. Menginjeksi rongga perut posteriolateral. Menghindari luka pada vena kulit, vena abdomen ventral, dan rongga vital lainnya.
          2.   Betina yang sudah diinjeksi, kemudian ditempatkan dalam kolam yang berisi air pada kedalaman satu inci.

      c. Penampungan telur
          1. Pada suhu 23-25 o C, telur tampak dalam uterus sekitar 24-39 jam.
          2. Melakukan stripping dengan pelan-pelan, dengan membengkokkan ke arah depan pelvis kemudian melakukan penekaanan dari depan ke belakang perut.
          3. Menghindari kerusakan telur dan pendarahan, jika telur muncul dengan sangat mudah maka teluar-telur sudah siap diinseminasi.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN









Katak jantan                                       Dibedah bagian Kepala        Letak kelenjar Pituitary

                                

Digerus di lumpang      Dimasukkan dalam cawan petri                          Kelenjar Pituitary                
                                     dan dibersihkan dengan NaCl fisiologis





Suspensi dimasukkan dalam spoit                           Injeksi  pada Katak bentina



                                                                    Katak betina ditempatkan di kolam
  
   
 
A. Hasil Pengamatan



































 


























B. Pembahasan
            Kelenjar hipofisis pada katak merupakan sumber hormon FSH dan LH yang dapat digunakan untuk menginduksi ovulasi. Potensi kelenjar Pituitary akan mengalami penurunan apabila berada dalam suhu kamar dalam beberapa jam.   
Pada praktikum ini, hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seharusnya suspensi kelenjar Pituitary yang diinjeksikan ke dalam ovarium katak dapat merangsang pertumbuhan folikel telur pada katak betina. Kelenjar pituitary dapat merangsang aktivtas hormon LH dan hormon FSH. Hormon FSH mensekresikan hormon estrogen, dengan bertambahnya hormon estrogen akan menstimulasi LH dan menyebabkan folikel berkembang maksimal. Hormone LH memegang peranan penting dalam mensekresikan hormon progesteron yang berperan dalam memperkuat tetanammnya posisi sel folikel dalam uterus katak betina.
            Tetapi katak yang sudah diinjeksi tersebut tidak mengalami ovulasi setelah dibiarkan selama 24-39 jam. Faktor yang menyebabkan hal tersebut kemungkinan terletak kesalahan pada kelenjar Pituitary. Kelenjar Pituitary yang diambil sebenarnya bukanlah kelenjar Pituitary yang dimaksudkan. Bentuk dan ukuran kelenjar Pituitary yag kecil menyulitkan untuk mengenalnya secara jelas, apalagi posisi kelenjar Pitutary yang agak susah dijangkau. Kemudian faktor lainnya adalah proses menggerus kelenjar Pituitary dilakukan dengan kurang maksimal, apalagi tidak didukung oleh alat sentrifuge sehingga suspensi yang dihasilkan tidak benar-benar halus. Sehingga mengakibatkan kualitas kelenjar Pituitary menurun. Selanjutnya, suspensi kelenjar Pituitary yag telah didiamkan pada suhu kamar dalam waktu yan lama juga dapat mengakibatkan kualitas kelenjar Pituitary menurun. Faktor penyebab lainnya adalah kesalahan saat proses penyuntikan. Kemungkinan suspensi kelenjar Pituitary yang disuntikkan volumenya sedikit sehingga kurang dapat bekerja secara maksimal. Alasan lain kesalahan posisi menyuntik. Hal lain yang mempengaruhi gagalnya ovulasi pada katak juga bisa disebabkan karena belum matangnya kelenjar Pituitary pada katak jantan sehingga hormon FSH dan LH tidak dapat bekerja sebagaiman mestiya. Selain faktor kesalahan tersebut, perlu juga diperhatikan tentang kondisi lingkungan yang efektif untuk katak betina. Penciptaan kondisi lingkungan yang efektif dapat membantu proses ovulasi katak betina.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
                       Adapun yang dapat disimpulkan dalam praktikum ini adalah  untuk memperoleh telur dan proses pembuahan pada saat yang diinginkan dengan jumlah yang banyak, dapat digunakan suspensi hormon kelenjar Pituitary, dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan katak betina yang telah diinjeksi suspensi kelenjar Pituitary.
B. Saran
1. Diharapkan kepada praktikan agar lebih tertib dalam menjalankan praktikum dan saat membedah dilakukan dengan teliti.
2. Diharapkan Asisten mendampingi praktikan dan memberi pemahamn tentang materi yang bersangkutan.
3. Diharapkan alat dan bahan yang digunakan dalam laboratorium dalam keadaan 
         yang baik agar pengamatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang maksimal, seperti   misalnya disediakan alat sentrifuge.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar