Senin, 07 Maret 2011

Metamorfosis


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Makhluk hidup mulai dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiselular memiliki kemampuan untuk mempertahankan jenisnya dengan jalan reproduksi. Hal itu dimaksudkan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan spesiesnya di muka bumi.
         Khusus untuk golongan insecta, mengalami perkembangan pasca lahir, yang dikenal dengan metamorfosis. Praktikum Perkembangan Hewan kali ini ialah metamorphosis khususnya pada ulat. Pada praktikum ini, praktikan akan memeliahara ulat hingga ulat bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Praktikan juga dapat mengamati secara langsung dan mengetahui tahap-tahap proses yang mesti dilakukan dari awal sampai akhir hingga terbentuknya bentuk tubuh yang baru dalam proses metamorfosis.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini yaitu  untuk mengamati dan mengetahui tahap-tahap metamorfosis.
C. Manfaat Praktikum
     1. Praktikan dapat memahami tahapan metamorfosis.
     2. Praktikan memiliki keterampilan memelihara ulat hingga mampu bermetamorfosis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada makhluk hidup perkembangannya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu perkembangan pra lahir (prenatal) dan perkembangan pasca lahir (post natal). Yang dimaksud dengan perkembangan pra lahir adalah perkembangan organisme yang terjadi sebelum lahir atau penetasan, sedangkan perkembangan pasca lahir adalah perkembangan organisme setelah proses kelahiran atau penetasan. Perkembangan pasca lahir terdiri dari perkembangan langsung dan tidak langsung. Perkembangan pasca lahir langsung apabila keturunan yang dilahirkan sudah memiliki struktur tubuh seperti individu dewasa, sedangkan perkembangan pasca lahir tidak langsung apabila keturunan yang dilahirkan atau ditetaskan mempunyai struktur yang berbeda dengan individu sebelumnya, stadium dewasa dicapai melalui beberapa stadium perantara yang disebut dengan stadium larva. Disini terdapat perbedaan dalam hal morfologi, fisiologi dan ekologi antara larva dengan hewan dewasa. Perubahan dari bentuk larva menuju bentuk dewasa disebut metamorphosis. Pengaturan perubahan tubuh metamorfosis sebagian bersifat progresif dan sebagian bersifat regresif. Sifat progresif terjadi pada organ yang diperlukan pada kehidupan larva dan tidak diperlukan pada saat dewasa, sifat ini akan hilang sama sekali. Sedangkan sifat regresif akan dibentuk sesuai dengan kebutuhan dewasanya (Tim Pengajar, 2010).
            Menurut Campbell (2004), metamorfosis terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1.      Larva (ulat), menghabiskan waktunya untuk makan dan tumbuh, melakukan molting/pergantian kulit.
2.      Setelah beberapa kali berganti kulit, larva membungkus dirinya sendiri dalam kepompong dan menjadi pupa.
3.      Di dalam pupa, jaringan larva diurai, dan hewan dewasa tumbuh melalui pembelahan dan diferensiasi sel-sel yang sebelumnya tidak aktif pada tahap larva.
4.      Akhirnya, hewan dewasa keluar dari kepompong.
5.      Cairan dipompakan ke dalam vena sayap dan kemudian ditarik kembali, sehingga meninggalkan vena yang mengeras sebagai topangan yang menyangga sayap. Sehingga serangga ini dapat terbang dan bereproduksi, dan mendapatkan banyak kebutuhan nutrisinya dari kalori yang disimpan oleh larva yang selalu makan.
                Sementara kupu-kupu mengalami tahapan yang lebih panjang lagi sebelum menjadi kupu-kupu dewasa. Pertama kali, kupu-kupu akan bertelur. Telur kupu-kupu bisanya akan menempel di dedaunan. Telur kemudian menjadi ulat. Makanya, ulat paling sering berada di daun, karena sebelumnya telur kupu-kupu yang menjadi cikal bakal ulat ini terdapat di daun. Setelah ulat menjadi besar dan memanjang, ia akan berubah menjadi kepompong. Dalam bahasa ilmiah, kita menyebutnya pupa atau chrysalis. Di dalam pupa, cairan pencernaan akan dikeluarkan untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Setelah beberapa lama, dari kepompong tersebut akan keluar seekor kupu-kupu yang masih muda. Tidak berapa lama kemudian menjadi kupu-kupu dewasa (Anonim, 2011).
Sejumlah organisme pada saat ditetaskayan memiliki bentuk dan fungsi yang  masih berbeda dengan individu dewasanya. Organisme-organisme yang demikian masih memerlukan suatu proses perkembangan yang spesifik agar bentuk dan fungsi individu yang baru tersebut menyerupai individu dewasanya. Proses tersebut dinamakan metamorfosis. Fenomena seperti ini dapat dijumpai pada katak atau berbagai jenis serangga (Adnan, 2010).
            Menurut Suroso (2003), jenis metamorphosis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1.      Metamorfosis sempurna
Misalnya pada kupu-kupu dimana masa kecil berupa ulat yang memiliki tipe mulut menggigit, makanannnya dauna-danuan, tubuh tidak bersayap, jumlah kaki banyak, yang disebut larva karena berbeda dengan dewasanya. Lalu menjadi kepompong dan menjadi kupu-kupu dewasa yang memiliki cirri tipe mulut penghisap, makannnya sari madu, tubuh bersayap, dan jumlah kaki ada tiga.
2.      Metamorfosis tidak smpurna
Misalnya pada katak dan belalang. Pada katak, masa kecil kecebong bergerak dengan ekor, bernapas dengan insang. Berbeda sifat dengan bentuk dewasanyat tidak mengalami masa kepompong. Masa dewasa katak bergerak dnegan kaki dan bernafas dengan paru-paru dan kulit. Pada belalang, masa kecil memiliki tipe mulut menggigit, makanannnya dauna-danuan, tubuh tidak bersayap, jumlah kaki tiga pasang, yang disebut nimpa karena memiliki banyak kesaman dengan dewasanya. Tidak mengalami masa kepompong.

BAB III
METODE PRATIKUM

A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal                    : Selasa,   Desember  2010
Waktu                              : Pukul 09.10 s.d 10.50 WITA
Tempat                             : Green House Biologi Jurusan Biologi FMIPA UNM.
B. Alat dan bahan
  1. Alat
a.       Kandang yang terbuat dari rang kawat
b.      Gelas aqua
  1. Bahan
a.       Ulat
b.      Daun segar
c.       Air
C.    Prosedur Kerja
  1. Membuat kandang dari rang yang dilengkapi dengan pintu.
  2. Mengambil ulat dari pohon yang disertai dengan setangkai daun dan menyimpannya dalam gelas aqua yang berisi air agar daun tetap segar.
  3. Mengamati keadaan metamorfosis dari ulat tersebut setiap hari
  4. mencatat hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
1.      Fase larva/ulat




2.      Fase pupa/ kepompong
                        



3.      Fase imago/ kupu-kupu dewasa



B.       Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan kami dalam praktikum metamorfosis ini, dapat dibuktikan bahwa kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna atau holometabola yang melalui tahapan-tahapan atau stadium: telur – larva – pupa – dewasa (kupu-kupu dewasa).
1.      Fase Ulat / larva
Fase ulat ini berlangsung selama enam hari, tubuhnya berwarna hijau dengan bagian kepala berwarna hitam. Terdiri dari caput, thorax, dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena, sedangkan abdomen merupakan bagian yang bersegmen. Pada bagian pertemuan dengan thorax segmennya lebih besar sampai 4 segmen, sedangkan segmen selanjutnya kecil sampai ujung dorsal. Pada setiap segmen ini terdapat sepasang kaki. Larva/ ulat ini sangat aktif bergerak dan membuat sarang baru yaitu pada daun Hibiscus rosa-sinensis (kembang sepatu), sampai pada hari ke enam larva tersebut sudah tidak aktif bergerak dan diam dalam gulungan daun Hibiscus rosa-sinensis (kembang sepatu).
2.         Pupa /  kepompong
Fase ini berlangsung selama tujuh hari. Pada fese ini, larva yang tadinya berwarna hijau menjadi berwarna coklat kemerah-merahan, dan kita tidak bisa membedakan bagian-bagiannya seperti caput, thorax dan juga abdomennya. Dalam fase ini, pupa/ kepompong tidak aktif bergerak seperti halnya pada fase larva dan diam dalam gulungan daun Hibiscus rosa-sinensis (kembang sepatu).
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Radiopoetro (1991) yang menyatakan bahwa ulat kadang-kadang memintal suatu sayatan coccon dan didalamnya mereka membentuk pupa. Meskipun pada fase ini tidak ada pergerakan atau aktivitas kehidupan namun sebenarnya pupa mempersiapkan diri membentuk kupu-kupu muda. Pupa mengalami reorganisasi struktur yang sempurna sehingga dekat pada bentuk hewan dewasa.
3.         Imago / kupu-kupu dewasa
Pada hari ke-XII, terjadi pemecahan selongsong yaitu kulit yang membungkus pupa pada saat fase pupa, lalu muncullah imago. Sesaat setelah keluar dari pembungkusnya, sayap kupu-kupu masih terlipat. Untuk mengembangkan sayap, kupu-kupu memompakan darah secara penuh ke sayapnya. Setelah satu sampai dua jam sayap akan mengembang untuk dapat terbang. Kupu-kupu ini berukuran kecil dengan warna coklat muda dengan bintik-bintik coklat tua. Tubuhnya sudah dapat dibedakan atas beberapa bagian yaitu; caput, thorax, dan abdomen. Alat mulutnya termasuk tipe penghisap. Biasanya tidak mempunyai mandibula, maksila bersatu membentuk  proboscis (pipa) yang berguna untuk menghisap cairan.  Antena panjang, dan memiliki tubuh yang bersisik dan berbulu. Kupu-kupu ini memiliki aktivitas terbang dan makan dengan jalan menghisap madu dari bunga.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Metamorphosis pada kupu-kupu adalah metamorfosis sempurna, yang terdiri dari tahap :
a. Fase larva, berupa ulat yang bersifat aktif dan hidup di dedaunan hijau.
b. Fase pupa, berwarna coklat kemerahan, bersifat diam.
c. Fase kupu-kupu, merupakan fase akhir dimana ulat telah berubah menjadi kupu-kupu  yang selanjutnya akan melakukan peneybaran dan reproduksi.
B. Saran
1. Diharapkan kepada praktikan agar menjalin kerjasama antar kelompok.
2. Diharapkan Asisten mendampingi praktikan dan memberi pemahamn tentang materi yang bersangkutan.
3. Diharapkan alat dan bahan yang digunakan dalam laboratorium dalam keadaan  yang baik agar pengamatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Metamorfosis Kupu-Kupu. http://myscienceblogs.com. Diakses tanggal7 Januari  2011.
Adnan. 2010. Perkembangan Hewan. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Campbell, N. A,  J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Suroso, AY. 2003. Ensiklopedi dan Sains Kehidupan. Jakarta: Tarity Samudra Berlian.
Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikum Perkembangan  Hewan. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM Makassar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar