Senin, 07 Maret 2011

Gametogenesis


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
           Makhluk hidup mulai dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiselular memiliki kemampuan untuk mempertahankan jenisnya. Hal itu dimaksudkan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan spesiesnya di muka bumi. Proses mempertahankan jenis itu dapat dikategorikan ke dalam proses reproduksi atau perkembangbiakan. Tiap jenis hewan memiliki cara reproduksi yang berbeda satu sama lain. Pada hewan avertebrata proses reproduksi masih sederhana, sedangkan pada hewan vertebrata prosesnya kompleks dan melibatkan banyak tahapan. Salah satu tahapan dalam proses reproduksi adalah gametogenesis.
Praktikum Perkembangan Hewan kali ini ialah mengenai gametogenesis yang terdiri atas spermatogenesis dan oogenesis. Dalam praktikum ini, praktikan dapat melihat penampakan histologis testis dan ovarium yang baik testis maupun ovarium keduanya merupakan tempat berlangsungnya gametogenesis, melalui pengamatan preparat histologis dengan menggunakan mikroskop. Melalui berbagai kegiatan pengamatan dalam Praktikum Perkembangan Hewan ini, diharapkan agar praktikan dapat memperluas pemahamannya terhadap gametogenesis baik spermatogenesis maupun oogenesis. Praktikan dapat mengetahui tahapan yang dilalui pada proses pembentukan gamet dalam gametogenesis mulai dari tahap awal hingga tahap akhir di mana sel gamet jantan yaitu sperma dan gamet betina yaitu ovum dihasilkan. Pengetahuan tentang gametogenesis merupakan pengetahuan dasar yang tentunya akan sangat membantu praktikan itu sendiri untuk masa-masa yang akan datang. Praktikum ini memberikan kesempatan kepada praktikan untuk dapat mengamati secara langsung tahapan gametogenesis.

B. Tujuan Percobaan
                Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari proses pembentukan sel 
     kelamin jantan dan betina melalui pengamatan preparat histologis.
C. Manfaat Percobaan
     1. Mahasiswa mampu mengamati berbagai tahapan dalam gametogenesis.
     2. Mahasiswa mengetahui perubahan yang terjadi dalam tiap tahapan gametogenesis.
     3. Mahasiswa mengetahui organ yang berperan dalam gametogenesis beserta fungsinya.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
          Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet. Dikenal dua tipe yaitu spermatogenesis yang berlangsung pada gonad testis hewan jantan dan hasilnya adalah sperma dan oogenesis yang berlangsung pada gonad ovarium hewan betina dan hasilnya adalah ovum (Tim Pengajar, 2010).
            Spermatogenesis berlangsung di dalam tubulus seminiferus testis. Tahapan proliferasi berlangsung pada saat sebelum lahir sampai beberapa saat sesudah lahir. Setelah itu akan dorman dan akan dilanjutkan setelah menginjak dewasa berkelamin. Bakal sel kelamin yang sudah terbentuk pada membran dasar tubulus seminiferus testis akan mengalami pembelahan mitosis berkali-kali membentuk spermatogonia. Spermatogonesis merupakan poses yang berlangsung terus menerus dan pada berbagai tingkatan berurutan yang dapat diamati dalam tubulus seminiferus pada saat yang sama. Pada vertebrata, testis mengandung sel somatik yang membantu perkembanagn sperma dengan jalan menyokong sel yang berdiferensiasi dam memberi makan selama perkembangannya. Sel tersebut dikenal sebagai sel Sertoli. Sel Sertoli merupakan sel kolumner tinggi, bagian proksimal melekat pada membran dasar, bagian distal ke arah lumen tudung yang menutupi akrosom dari setengah bagian anterior inti spermatid (Sugiyanto, 1996).
            Menurut Suarsini (2000), tingkatan perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah sebagai berikut :
1.      Spermatogonium. Ukurannya relatif kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak di dekat/ melekat membrane basalis.
2.      Spermatosit I. Ukuran paling besar, bentuk bulat, inti terwarna kuat, letak agak menjauh dari membran basalis.
3.      Spermatosit II. Ukuran agak kecil (setengah spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih kuat, letak makin menjauhi membran basalis (mendekati lumen).
4.      Spermatid. Ukuran kecil, bentuk agak oval, warna inti kuat, kadang-kadang piknotis, letak di dekat lumen.
5.      Spermatozoid. Spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel Sertoli, yang muda terdapat di dalam lumen.
            Pada pria, sel benih primordial tetap berada pada stadium embrionalnya, di dalam jaringan testis, dikelilingi dengan sel-sel penunjang, sampai saat sesudah lahir dan menjelang pubertas. Differensiasi lanjutan dari sel benih primordial dan penunjangnya baru mulai pada masa pubertas. Pada masa pubertas, sel penunjang berkembang menjadi sel-sel sustentakuler Sertoli untuk nutrisi gamet. Sel benih primordial berkembang menjadi spermatogonium kemudian menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer ini kemudian mengadakan mitosis untuk memperbanyak diri terus menerus. Kemudian hasil akhir pembelahan tersebut menjalani proses miosis pertama menjadi spermatosit sekunder. Setelah itu spermatosit sekunder menjalani proses miosis kedua menjadi spermatid. Perkembangan selanjutnya dari spermatid menjadi sel sperma dewasa disebut sebagai spermiogenesis . Pada proses spermiogenesis, terjadi beberapa proses penting yaitu badan dan inti sel spermatid menjadi "kepala" sperma, sebagian besar sitoplasma luruh dan diabsorpsi, terjadi juga pembentukan leher, lempeng tengah dan ekor, kepala sperma diliputi akrosom. Hasil akhir proses ini adalah sel-sel sperma dewasa yaitu spermatozoa.
Karena terjadi pemisahan pasangan kromosom, suatu sel sperma akan mengandung kromosom separuh dari induknya (44+XY) yaitu kemungkinan 22+X atau 22+Y.
Keseluruhan proses spermatogenesis - spermiogenesis normal pada pria memerlukan waktu 60-70 hari (Anonim1, 2010).
            Spermatogenesis dikontrol oleh hormon steroid seks, yaitu testosteron. Testosteron disintesis oleh sel-sel intertisia testis atau sel-sel Leydig. Sel-sel Leydig terdapat di antara tubulus seminiferus testis. Testosteroe berdifusi ke dalam tubulus seminiferus testis dan di dalam tubulus seminiferus testis ia merangsag spermatogenesis. Produksi testosteron oleh sel Leydig diatur oleh hormon gonadotropin yaitu Luteinizing Hormon (LH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Hormone LH sering pula dinamakan Intertisial Cell Stimulating Hormon (ICCH) (Adnan, 2008).
            Pada hewan betina, tingkat awal perkembangan gametnya serupa dengan yang terdapat pada proses pembentukan sperma. Oogonia merupakan sel-sel yang jelas akan menjadi sel telur, mengalami proliferasi dengan cara mitosis. Hasil pembelahan ini akan mengalami pertumbuhan menjadi oosit. Pertumbuhan berperan penting dalam oogenesis daripada dalam spermatogenesis. Periode tumbuh pada gamet betina sangat panjang dan pertambahan ukuran yang sangat mencolok. Pada mamalia, proliferasi oogonia terbatas pada perioda kehidupan intra uterus dan seluruh ovum berasal dari oosit yang ada pada saat lahir. Dengan adanya pertumbuhan, maka ovum ukurannya relative lebih besar daripada ukuran rata-rata sel somatic (Sugiyanto, 1996).
            Menurut Suarsini (2000), dalam oogenesis sel germa berkembang di dalam folikel-folikel telur, dengan tingkatan sebagai berikut :
1.               Folikel primordial. Folikel ini adalah folikel utama yang terdapat sebelum lahir terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh selapis sel folikel (sel granulosa) berbentuk pipih.
2.               Folikel tumbuh terdiri dari :
a.          Folikel primer. Folikel ini terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh selapis sel folikel (sel granulosa) berbentuk kubus. Antara oosit dan sel-sel granulosa dipisahkan oleh zona pellusida.
b.         Folikel sekunder. Folikel ini terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh beberapa lapis sel granulosa.
c.          Folikel tersier. Volum stratum granulosum yang melapisi oosit II bertambah besar/ banyak. Terdapat beberapa celah (antrum) diantara sel-sel granulosa Jaringan ikat stroma yang terdapat di luar stratum granulosa menyusun diri membentuk teka interna dan eksterna.
d.         Folikel matang (folkikel Graaf). Folikel ini berukuran paling besar , antrum menjadi sebuah rongga besar berisi cairan folikel (liquor folliculi). Oosit dikelilingi oleh sel granulosa yang disebut korona radiata, dihubungkan dengan sel-sel granulosa tepi oleh tangkai penghubung yang disebut komulus ooforus.
            Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH yang merangsang pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut Folikel de Graaf, Folikel de Graaf menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang kelenjar hipofisis untuk mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang terjadinya ovulasi. Selanjutnya folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi badan kuning atau korpus luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon progresteron yang berfungsi menghambat sekresi FSH dan LH. Kemudian korpus luteum mengecil dan hilang, sehingga akhirnya tidak membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai terbentuk kembali, proses oogenesis mulai kembali (Anonim2, 2010).
            Berbagai jenis hewan memilii bentuk dan struktur morfologis gamet yang berbeda. Secara umum gamet jantan atau spermartozoa memiliki kepala, badan/ leher, dan ekor. Sel telur atau Ova terdiri atas inti, kuning telur beserta selaput pembungkusnya. Selaput telur ayam terdiri atas selaput vitellin, albumen, selaput cangkang, cangkang kapur, serta bagian albumen yang disebut kalaza. Berdasar keadaan kunig telur, terdapat telur-telur isolesithal (kuning telur sedikit dan tersebar merata), telolesithal (kuning telur banyak dan lebih terhimpun di kutub vegetatif berwarna putih/ kuning, kutub animal berpigmen sehingga tampak terwarna hitam/ cokelat), megalesithal (kuning telur sangat banyak sehingga ooplasma dan inti terdesak ke kutub animal) (Suhandoyo, 2000).
               

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
     Hari/ Tanggal                     : Selasa/ 30 November 2010
     Waktu                                : Pukul 09.10 s.d. 10.50 WITA
     Tempat                               : Laboratorium Biologi Lantai II sebelah Timur
                                                  Jurusan Biologi FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
     1. Alat
         Mikroskop
     2. Bahan
          a. Preparat histologis testis Mus musculus
          b. Preparat histologis ovarium Mus musculus
C. Prosedur Kerja
    1.  Mengamati preparat testis di bawah mikroskop dengan menggunakan mulai   
         pembesaran lemah hingga pembesaran kuat.
    2.  Menggambar sebuah tubulus seminiferus beserta sel-sel germa yang berkembang di  
         dalamnya. Menggambar pula sel-sel intertisial (sel Leidyg) yang terdapat di ruang
         antar tubulus.
    3. Mengamati preparat testis di bawah mikroskop dengan menggunakan mulai     
        pembesaran lemah hingga pembesaran kuat.
    4. Menggambar masing-masing folikel telur yang berkembang di dalamnya dan sebutkan
        bagiannya dengan lengkap.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
      1. Spermatogenesis
          a. Tubulus seminiferus
              7                                                                      
                                                                                      1

                                                                                 2


                                                                               
                                                                                 3




                                                                                4





                                                                              


                            6                              5                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          















           



 
                                                                                                          Keterangan :
                                                                                      
      1. Spermatozoa
      2. Spermatid
                         3.  Spermatosit primer
                         4.  Sel Sertoli
5. Spermatogonia
                         6. Spermatosit sekunder
                         7. Pembelahan spermatid
                       
                                      
              
                                                                                                                       







     
                  
                                                http://biologigonz.blogspot.com
              b. Bagan Spermatogenesis
             
                             



 

      2. Ooogenesis
          a. Folikel primordial
                                                                     1

                                                                  2

                                                                     3

                                                                  4                 
 







           



 
                                                                                                             Keterangan :
1.      Sel epitel pipih
2.      Inti sel epitel
3.      Antrum
4.       Oosit primer




           b. Folikel primer
                                                                               
                                                                             1

                                                                       2
                                                                      3

                                                                       4


                                                                                                    





           



 
                                                                                                            Keterangan :
1.      Sel epitel kubus
2.      Inti sel
3.      Antrum
4.      Oosit primer

Embrio Ayam


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Makhluk hidup mulai dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiselular memiliki kemampuan untuk mempertahankan jenisnya. Hal itu dimaksudkan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan spesiesnya di muka bumi. Proses mempertahankan jenis itu dapat dikategorikan ke dalam proses reproduksi atau perkembangbiakan. Tiap jenis hewan memiliki cara reproduksi yang berbeda satu sama lain. Pada hewan avertebrata proses reproduksi masih sederhana, sedangkan pada hewan vertebrata prosesnya kompleks dan melibatkan banyak organ reproduksi. Proses reproduksi didukung oleh sejumlah hormon reproduksi, sel kelamin, saluran reproduksi, dan sejumlah hormon reproduksi.         
 Salah satu peristiwa yang terjadi dalam reproduksi adalah rangkaian tahapan perkembangan janin atau embrio yang terdiri dari tahapan morula, blasula, gastrula, neurula dan organogenesis. Melalui kegiatan Praktikum, praktikan dapat memahami hal-hal yang menyangkut perkembangan embrio. Dalam praktikum, piraktikan dapat mengamati secara langsung semua proses-proses perkembangan embrio khususnya embrio ayam selama masa inkubasi 24, 48, dan 72 jam.
Dengan demikian, kita tidak hanya mengetahui proses perkembangan embrio ayam melalui teori saja, tetapi juga melalui kegiatan praktikum. Dari hasil praktikum tersebut, maka kita dapat membandingkan antara teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan dengan pengamatan yang dilakukan secara langsung.

B. Tujuan Praktikum
     1.    Mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
     2.    Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam.
C. Manfaat Praktikum
     1. Praktikan dapat memahami tahapan pembentukan embrio mulai dari morula, blastula,  hingga tebentuk tiga lapisan embriona, dan organoegenesis.
     2.  Praktikan dapat mengetahui tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Setelah fertilisasi, sel telur burung mengalami pembelahan meroblastik di mana pembelahan sel hanya terjadi dalam daerah kecil sitoplasma yang bebas kuning telur. Pembelahan awal mengahasilkan tudung sel yang disebut sebagai blastodik yang berada diatas kuning telur yang terbagi itu. Blastomer kemudian memisah menjadi dua lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah, atau epiblast dan hipoblast. Rongga diantara kedua lapisan ini adalah blastosoel versi unggas (analog dengan blastosol vertebrata tanpa amnion), dan tahapan embrionik ini adalah ekuivalen blastula pada unggas, meskipun bentuknya berbeda dari bola berlubang pada embrio awal katakGastrulasi seperti pada embrio katak, melibatkan perpindahan sel dari permukaan embrio ke bagian yang lebih dalam. Akan tetapi pada unggas, jalur migrasi sel tersebut sangat berbeda. Beberapa sel dari lapisan sel bagian atas (epiblas) berpindah ke arah garis tengah blastodiks, kemudian melepas dan memisah, lalu berpindah ke arah dalam menuju kuning telur. Pergerakan ke tengah pada permukaan dan pergerakan sel-sel ke arah dalam pada garis tengah blastodik menghasilkan lekukan yang disebut sebagai primitif streak         (Campbell, 2000).           
Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel-sel yang dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya, disebut blastomer.  Kira-kira pada hari ke-5 sampai ke-6, di rongga sela-sela inner cell mass merembes cairan menembus zona pellucida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi. Pada stadium ini zigot disebut berada dalam stadium blastula (Anonim,2011).
            Gastrula ayam ditandai dengan adanya penebalan di daerah posterior blastoderm di area pellusida. Penebalan ini kemudian memanjang ke arah anterior sehingga membentuk parit dengan pematangan disebut daerah primitif. Gastrula ayam memiliki epiblast, hipoblast dan rongga erkhenteron . Tahap neurula ayam mirip dengan embrio katak yaitu melalui tahap keping neural, lipatan neural dan bumbung neural. Organogenesis merupakan proses lanjutan setelah terbentuk neurula. Proses ini meliputi pembentukan bakal organ dari lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan embrio ayam pada berbagai umur inkubasi merupakan media yang jelas untuk memperlihatkan organogenesis (Tim Pengajar, 2010).
Pada ayam betina, terdapat sepasang ovari, hanya yang dextrum mengalami atrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovari menjulur oviduct panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian cranial dengan suatu bentuk corong. Lubang oviduct itu disebut ostium abdominalis. Dinding oviduct selanjutnya tersusun atas musculus dan ephytelium yang bersifat glandular, yang memberi sekresi yang kelak membungkus telur, yakni albumen sebagai putih telur, membran tipis di sebelah luar albumen, dan cangkok yang berbahan zat kapur yang disebut oleh kelenjar di sebelah caudal. Uterus yang sebenarnya belum ada. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh dengan jalan melakukan kopulasi ( Jasin, 1992).
Bagian dari kuning telur yaitu kantung chorion, dimana membran ekstra embrio yang paling luar dan yang berbatasan dengan cangkang atau jaringan induk, merupakan tempat pertukaran antara emrio dan lingkungan disekitarnya adalah chorion atau serosa. Kantung allantois, dimana kantung ini merupakan suatu kantung yang terbentuk sebagai hasil evaginasi bagian ventral usus belakang pada tahap awal perkembangan. Fungsi kantung ini sebagai tempat penampungan dan penyimpanan urine dan sebagai organ pertukaran gas antara embrio dengan lingkungan luarnya. Lapisan penyusun kantung allantois sama dengan kantung yolk, yaitu splanknopleura yang terdiri atas endoderm di dalam dan mesoderm splank di luar. Kantung amnion, kantung ini adalah suatu membran tipis yang berasal dari somatoplura berbentuk suatu kantung yang menyelubungi embrio yang berisi cairan. Dimana kantung ini berfungsi sebagai pelindung embrio terhadap kekeringan, penawar goncangan, pengaturan suhu intrauterus, dan anti adhesi (Adnan, 2010).
BAB III
METODE PRATIKUM

A. Waktu dan Tempat
     Hari/Tanggal                      : Selasa / 14 Januari 2011
     Waktu                                : Pukul 15.30 s.d. 17.00 WITA
  Tempat                               : Laboratorium Biologi Lantai II Sebelah Barat Jurusan Biologi FMIPA UNM
B.     Alat dan bahan
  1. Alat
a.       Mikroskop
b.      Cawan petri
c.       Pinset
d.      Inkubator
e.       Deck dan objek glass
f.       Kertas saring
  1. Bahan
a.       Telur ayam kampung yang telah diinkubasi 24, 48, dan 72 jam.
b.      NaCL fisiologis 0,9%.
C.    Prosedur Kerja
a.       Memilih ayam yang baik yang berasal dari telur kampung yang telah dibuahi lalu inkubasi selama 24, 48, dan 72 jam dengan cara meletakkan telur dalam inkubator dengan suhu 37-38ยบ C.
b.      Memecahkan telur yang sudah diinkubasi dan tuang pada cawan petri yang telah berisi NaCL fisiologis 0,9 %.
c.       Membuat lingkaran dari kertas saring dan pada bagian tengahnya dibuat lubang yang besarnya disesuaikan dengan besarnya embrio yang telah diamati.
d.      Meletakkan kertas saring di atas bakal embrio.
e.       Membersihkan bagian sisi dari enbrio dengan menggunting kuning telur ysng mengelilinginya.
f.       Mengangkat kertas saring dengan menggunakan pingset hingga embrio yang telah dibersihkan ikut berssama kertas saring.
g.      Mencelupkan ke dalam NaCL fisiologis agar embrio dalam keadaaan bersih dan tetap berkontraksi pada saat diamati.
h.      Memindahkan ke atas gelas objek dan meletakkan dibawak mikroskop
i.        Mengamati bagian embrio.
j.        Melakukan perlakuan yang sama untuk telur dengan masa inkubasi 48 jam dan 72 jam.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
     1. Embrio ayam masa inkubasi 24 jam
Keterangan:
1.      Proamnion
2.      Fare gut
3.      Amnio cardiac vericle
4.      Neural fold
5.      Somiles
6.      Area Embriyonal
7.      Area pellucida
8.      Keping darah
9.      Margin of fare gut


2. Embrio ayam masa inkubasi 48 jam
Keterangan:
1.      Diancephalon
2.      Direction of blood
3.      Infundibulum
4.      Telencephalon
5.      Pharinkx
6.      Ventricha
7.       Posterior cardinal
8.      Aorta
9.      Neural tube
10.  Oric vesicle




3.      Embrio ayam masa inkubasi 72 jam
Keterangan:
1.      Mesencephalon
2.      Infundibulum
3.      Epiphysis
4.      Lensa mata
5.      Telencephalon
6.      Durial aorta
7.      Neural tuba
8.      Tail bud






B.     Pembahasan
1.      Telur ayam inkubasi 24 jam
            Somit-somit mesoderm adalah tanda yang seksama dari tingkat pertumbuhannya. Janin- janin dengan jumlah somit yang sama . pada janin inkubasi 24 jam, mesoderm telah membentuk 4-5 pasang somit mesoderm yang terdapat di kiri dan kanan notokhor di bagian tengah janin. Daerah primitive streak merupakan penebalan berbentuk segitiga yang lebar, lemudian menyempit dan memanjang dan akhirnya membnetuk suatu batang yang memanjang dari posterior ke anterior.
Menurut Syahrum (1994), inkubasi selama 24 jam dapat dibedakan antara daerah intra embrional dengan daerah ekstraembrional. Epiblast bagian tengah yang lebih terang disebut area pelusida, bagian tepi yang lebih gelap disebut daerah opaca. Daerah intra embrional yakni terdiri dari daerah pellusida dan daerah opaka. Daerah kepala akan mengalami perkembangan yang cepat, namun karena adanya daerah batas pertumbuhan (zone over growth), terjadi lipatan kepala (head fold), mula-mula ke ventral. Setelah ke ventral daerah agak terangkat melipat ke posterior. Organ yang dapat terlihat dalam stadium 24 jam inkubasi adalah: area embrional, area pellusida, area opaka vaskulosa, area ovaka vitelin, lipatan neural, usus depan, somitdan daerah primitive, proamnion, notokor dan keping darah.
2.      Telur ayam inkubasi 48 jam
            Lipatan kepala dari embrio dibangun oleh semua lapisan embrional yaitu ectoderm,  mesoderm. dan endoderm. Karena bagian kepala terangkat dari blastoderm, maka ectoderm trut maju ke muka. Dengan demikian, ectoderm merupakan sutu bumbung di dalam lipatan kepala. Bagian yang terbuka yang berhubungan dengan yolk ialah usus tengah. . Usus belakang dibentuk dengan cara yang sama seperti usus depan. Dengan tumbuhnya embrio ke muka, maka usus pun turut tumbuh ke muka. Pada bagian paling endoderm dari usus depan bersentuhan langsung dengan ectoderm, ini tidak dihalangi oleh mesoderm. Bagian inilah yang disebut plat oral.
Menurut Syahrum (1994), pada stadium 48 jam inkubasi dapat diamati yaitu: Tabung otak telah terbagi menjadi 5 gelembung otak. Prosensephalon berkembang menjadi telensephalon dan diensephalon, mesensephalon tetap, sedangkan rhombensephalon menjadi meten dan myelencephalon. Metensephalon dengan atap tebal sedangkan myelensephalon dengan atap lebih tipis, korda spinalis telah menutup, sinus rhomboidalis menghilang. Setiap lens placode melakukan lipatan ke dalam (invaginasi) membentuk lens vesicle. Pada waktu yang bersamaan, dinding optic vesicle juga mengadakan invaginasi membentuk optic cup. Optic cup tidak sempurna, ada bagian tanpa dinding yang disebut choriod fissure. Pada perkembangan saluran pencernaan, daerah faring telah terbentuk 3 pasang kantong faring merupakan evaginasi lateral, sedangkan sejajar kantong faring II terdapat evaginasi ventral membentuk kelenjar toroid
3.      Telur ayam inkubasi 72 jam
            Menurut Syahrum (1994), bahwa pada inkubasi 72 jam embrio ayam, embrio mengalami  pelekukan servikal, sehingga daerah rhombesenfalon berada di sebelah dorsal dan telensephalon mendekati perkembangan jantung. Lipatan kepala makin berkembang ke arah posterior.
            Menurut Syahrum (1994), peristiwa  72 jam inkubasi pada telur ayam yaitu:
a.    Ganglion kranial dan pasangan saraf kranial, di daerah fentrolateral metensefalon terdapat bagian ganglion lima, dan nervus trigeminus yang memprasarafi mata dan daerah branchial arch I.
b.    Sistem saraf dan organ indra, telensefalon tampak lebih jelas dibedakan diensefalon, telensefalon mengalami proses penggembungan dan nantinya akan berkembang menjadi serebri.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Lapisan embrional terdiri dari ektoderm yang meliputi otak, saraf, kulit dan derivatnya. Lapisan mesoderm terdiri dari rangka, ginjal, tangan, kaki, dan sebagainya. Lapisan endoderm  pencernaan dan pernafasan.
      2. Pada telur ayam inkubasi 24 jam terdiri dari proamnion dan primitive streak. Pada telur ayam inkubasi 48 jam terdiri dari mesenchepalon, metachepalon, pembuluh darah, lempeng neural, caudal, ventrikel, telenchepalom, dianchepaon, dan cawan optic. Pada telur ayam inkubasi 72 jam mulai terlihat bagian tubuh yaitu akiki, sayap.
B. Saran
1. Diharapkan kepada praktikan agar lebih tertib dalam menjalankan praktikum dan saat membedah dilakukan dengan teliti.
2. Diharapkan Asisten mendampingi praktikan dan memberi pemahamn tentang materi yang bersangkutan.
3. Diharapkan alat dan bahan yang digunakan dalam laboratorium dalam keadaan  yang baik agar pengamatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang maksimal.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Sistem Reproduksi Hewan Vertebrata. http://id.wordpress.com/tag.sistem-reproduksi. Diakses tanggal 7 Januari 2011.
Adnan, 2010. Perkembangan Hewan.  Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM Makassar.

Campbell, N. A,  J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar wijaya.
Syahrum, M.H, Kamaluddin dan Arjatmo Tjokronegoro. 1994. Reproduksi dan Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Jakarta: FKUI.
Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikum Perkembangan  Hewan. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM Makassar.